Sudah berapa lama Anda berkarier di asuransi?
Sudah sekitar 23 tahun. Waktu tahun 1980-an, saya tidak langsung ke asuransi tapi saya sudah punya passion berasuransi. Saat usia muda, saya yang lulus dari jurusan komunikasi magang di media besar di Malaysia ketika itu saya beli polis. Sebenarnya waktu kuliah, saya belajar dan saya beli polis tanpa dibujuk apalagi dipaksa. Ahaha.. Padahal tidak semua orang suka berasuransi, saya bilang ini tantangan.
Dari sini saya mulai banyak pekerjaan yang berbeda, waktu pertama kali di asuransi saya kerja di bagian employee benefit, lalu bancassurance, lalu saya masuk ke agensi, bukan menjadi agen tapi me-manage agen. Di Malaysia, agensi ini besar sekali jadi saya belajar banyak hal hingga akhirnya saya dikirim ke Indonesia.
Anda memiliki pengalaman memimpin perusahaan asuransi di sejumlah negara, bagaimana kesannya?
Banyak ya. Setiap kali, pasti ada up and down. Ada tantangan dan peluang. Saya sudah ke banyak tempat, di mana-mana kalau mau cari kerja, saya termasuk orang yang mencari organisasi yang mungkin kecil, baru atau organisasi yang mungkin kurang bagus dan harus saya perbaiki.
Dalam kondisi seperti itu pasti ada up and down, contohnya saat di China saya tidak bisa bahasa China, saya belajar. Waktu itu meskipun kulit saya China, mereka berharap saya berbahasa China, ahaha.. Kebetulan saya bekerja di perusahaan besar, ada peluang untuk naik-turun. Dalam organisasi sebesar ini, saya pilih departemen yang kecil, ini pula yang membuat saya pernah menjadi executive vice president termuda di usia 30 tahun.
Di masing-masing perusahaan, adakah bedanya?
Kalau dulu saat menjadi EVP atau manajer, saya ditanya apakah sudah pernah me-manage orang? Kalau dulu manajer harus manage orang, kalau sekarang bisa jadi manager tetapi sendirian. Dulu senior saya kebetulan tidak berani mengambil tantangan, saya malah angkat tangan. Mungkin saya bisa gagal, tapi saya beruntung.
Situasi tersulit apa yang pernah Anda alami?
Saya memilih kerja saya ataupun departemen yang saya mau. Banyak model kondisi sulit yang saya temui, bahkan kadang sampai sulit mengingatnya hehehe. Gaya saya sejak muda saat melalui momen sulit saya percaya nantinya ketika tua menjadi manajer yang lebih baik kalau mendapat problem. Karena jika Anda tidak melalui ini, Anda tidak pernah tahu apa yang dihadapi customer atau bagaimana menyelesaikan masalah. Contohnya dokter, sebenarnya menjadi dokter harusnya di perkampungan karena problemnya macam-macam, kalau di kota, dokternya kan sudah spesialis semua. Jadi saya lebih senang belajar dari banyak orang.
Pernah mengambil keputusan yang salah?
Di Sun Life, atau di mana pun dibutuhkan governance, tata kelola mempunyai komite, punya direktur, profesional. Tim manajemen. Selalu comply to good corporate governance [GCG], saya kira di mana-mana sama, semua keputusan bisa diambil melalui konsultasi.
Di asuransi, apakah Anda meilhat adanya perubahan secara umum?
Kami lihat banyak perubahan dalam 8 tahun terakhir, yang saya lihat adalah regulasi. Ini yang membuat industri menjadi lebih profesional. Sesuatu yang membuat gugup juga ya. Di 2002, booming-nya portofolio itu di China. Saya belajar 9 tahun di Indonesia. Dari sisi penetrasi, sudah banyak perusahaan yang masuk Indonesia baru-baru ini bahkan ada perusahaan Korea. Ini menunjukkan potensi dari negara dan dari sisi populasi yang besar ini menjadi kunci mengapa mereka melirik Indonesia.
Keputusan apa yang paling monumental yang pernah Anda buat?
Saya kira paling monumental adalah saat set-up unit syariah. Banyak fitur-fitur baru masuk di unit syariah, ini mungkin karena sangat strategis ke depannya. Selain itu ini kan ada aturannya untuk mempunyai unit syariah. Jadi saya kira ini persiapan untuk explore pasar syariah. Yang tidak selalu dikaitkan untuk kalangan muslim saja, tapi dengan ini didirikan di Indonesia maka ini peluang menarik, ini tanda kami siap comply dengan regulasi dan dengan keunikan yang kami miliki.
Apa program yang akan dibuat?
Kami membuat training untuk memberikan keahlian bagi keluarga pra sejahtera. Tujuannya untuk berbagi dengan masyarakat, karena dengan begitu kita tumbuh bersama. Program ini kami jalankan di SMK di Bali dan mendapat sambutan wali kota. Kami didukung karena banyak orang membantu CSR ini.
Kami mengajarkan bisnis, modal dan ini kewajiban kami untuk membantu membangun usaha dan agar mereka paham bagaimana pentingnya financial security, memahami perencanaan, menabung, dan keahlian lainnya ditambah bagaimana cara mengelola uang. Program ini melibatkan 40.000 orang di 9 kota. Kecil ya dibandingkan 240 juta populasi Indonesia ahaha.
Bagaimana Anda membagi waktu dengan keluarga?
Kami mengadopsi keseimbangan hidup, di Sun Life kami mempunyai kultur agar karyawan hidup seimbang. Kadang orang sibuk bekerja dan lupa.
Ini alasan kami menggelar CSR, Sun Bright. Alasannya kami melihat ada cara lain untuk terkoneksi dengan nasabah karena asuransi tidak sekadar mengajak untuk membeli produk asuransi. Dengan ini kalau tertarik, mereka akan tahan lama, sebaliknya kalau beli karena terpaksa boleh jadi mereka tidak beli lagi. Jadi ini soal hidup seimbang. Untuk keluarga, anak saya belajar di Malaysia aktif dalam tim bola volley, setiap ada turnamen saya akan terbang ke sana, ini cara saya dekat dengan keluarga.
Bicara asuransi, antara asuransi kesehatan dan syariah mana yang mainstream?
Produk mainstream kami adalah unitlinked. Kami mengelola, tapi kami selalu pastikan nasabah paham setiap ada produk baru kami, mulai dari physical illness, accident, hospital dan lainnya. Ini selalu coba kami pastikan agar mereka dapat proteksi.
Untuk produk unitlinked membidik segmen mana?
Sebenarnya unitlinked itu bagus untuk semua kadangkala orang yang pas-pasan tidak bisa spread uang untuk investasi, padahal mereka juga bisa, tergantung pada bagaimana mereka mengelola uangnya. Secara umum unitliked lebih untuk menengah atas. Kami perlu punya produk yang bisa bantu mereka yang ekonominya di bawah.
Bedanya dengan unitlinked lain?
Sebenarnya unitliked di mana-mana sama saja, saya harus fair ya. Yang membedakan adalah agen. Kalau suatu produk bagus akan hasil copy, belum tentu pas. Bedanya kami tekankan training agen, karena kami benar-benar comply. Kulturnya memastikan agen terdidik dengan baik, jadi kalau mereka sudah diberi training yang baik mereka akan mampu berbagi dan mengkampanyekannya kepada nasabah, karena banyak yang belum tahu unitlinked, tapi melalui agen yang tahu, mereka punya view biasanya tahu persis yang terbaik untuk nasabah ini bagus.
Setiap nasabah ada financial meet analysis [FMA] jadi mereka itu dicek setiap nasabah harus ada FMA, adakah produk itu cocok untuk seorang nasabah. Kami monitor agen kami sampai jika ada yang tidak paham maka kami justru bertanya. Dan ini kami cek secara random. Ini jembatan kami antara perusahaan dan nasabah. Kalau menerima welcome call seperti itu, nasabah senang dan merasa aman karena yang menjual benar.
Kalau produk?
Bedanya ada di service dan proses.
Bagaimana memanjakan nasabah?
Kami banyak lakukan gathering dengan nasabah. Kami identifikasi nasabah VIP, mungkin ada yang anggap beli asuransi Rp50 juta jadi VIP, bagi saya tidak mungkin, Rp10 juta tapi 10 tahun itu baru VIP customer. Ada perbedaan. Kami lihat loyal atau tidaknya. Jadi kami lakukan gathering dan juga posisikan nasabah sebagai partner. Hari ini jadi customer mungkin besok jadi tim. Mungkin mereka berbagi the beauty of insurance ke orang lain karena kalau ada yang percaya penjualan jadi bagus.
Saya suka menjual saat mengalaminya ketika masih di bagian bancasurrance. Kalau pinjam uang dari bank sekarang orang harus beli asuransi itu compulsory dulu terserah. Kenapa harus compulsory? Ini karena untuk memudahkan bank tidak perlu mencari keluarganya tetapi langsung asuransi yang bayar.
Ada obsesi yang belum tercapai?
Bagi saya, Indonesia adalah big job.
Bagaimana dengan kinerja?
Kami melihat tren yang positif meski belum sepositif kami kira, yang penting membina fondasinya pokoknya ada fondasi yang bagus bagi kami salah satu alasannya adalah dibutuhkan untuk membuat pertumbuhan yang berkelanjutan. Ini beda dengan pertumbuhan tahunan. Ini agar tetap tumbuh, untuk kinerja berkelanjutan ini kami bangun fondasi dulu karena fondasi penting.
Kami adopsi back to basic, asuransi tidak kompleks kadang orang sudah lama di bisnis ini, income sudah baik mereka lupa hal dasar, ada leader yang produksinya banyak sekarang mungkin gak usah lagi lakukan apa yang dulu mereka lakukan ketika menjadi agen. Kurang mengajak, kurang meng-coaching dsb. Sehingga kami lakukan banyak coaching.
Tip pemula untuk berasuransi?
Cari leader yang baik. Ada leader atau manajer asuransi yang bisa mengajari. Kalau bagus anda dapat benefit darinya. Asuransi bukan judi tapi sekali Anda dapat trik, Anda bisa jadi miliuner. Pernah dengar ada yang namanya milion dollar round table, itu yang ada di AS, semua orangnya kaya-kaya, tapi yang terpenting mereka berikan kembali [menyumbang untuk kegiatan sosial].
Di asuransi mereka beri kembali, ketika untung banyak memberikan return. Kami sendiri menggelar olimpiade khusus bagi tunagrahita, kami dorong leader atau agen yang sudah kaya untuk memberi kembali.
Falsafah dalam kepemimpinan?
Bagi saya ini umum ya, jika ada kemauan pasti ada jalan. Tak semua orang mudah mencapainya kecuali mencari jalan untuk bisa mencapainya. Kerja keras. Anda harus cari jalan yang outstanding, atau menjadi yang berbeda.
Sumber : http://www.bisnis.com/articles/johnson-chai-indonesia-is-a-big-job
Tidak ada komentar:
Posting Komentar